Berikut Profil Abu Tumin Ulama Karismatik Aceh

Kepergian Abu Tumin menghadap sang Ilahi tentu saja meninggalkan duka dan kesedihan bagi masyarakat Aceh khususnya
Abu Tumin Meninggal Dunia
Abu Tumin Meninggal Dunia

BIREUENSATU.ID – Aceh berduka. Tanah Serambi Mekkah kembali kehilangan seorang ulama.

Tgk Muhammad Amin Mahmud atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Tumin Blang Blahdeh, telah meninggal dunia, pada Selasa (27/9/2022).

Ulama kharismatik Aceh ini meninggal dunia tepatnya pada pukul 15.45 di RSUD dr Fauziah, Bireuen.

Informasi meninggalnya ulama kharismatik ini juga telah beredar di sejumlah media sosial seperti dalam grup dan story WhatsApp yang menyampaikan duka cita.

Salah satunya ucapan duka cita dari dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng, Pidie Jaya.

Kepergian Abu Tumin menghadap sang Ilahi tentu saja meninggalkan duka dan kesedihan bagi masyarakat Aceh khususnya.

Sebab, bagi masyarakat Aceh, meninggalnya seorang ulama merupakan sebuah kehilangan yang amat besar.

Abu Tumin juga merupakan salah satu ulama yang paling berpengaruh di Aceh pada saat ini.

Ia sering kali dimintai pendapat oleh pemerintah Aceh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan pemerintah dan agama.
Setiap pendapat yang dikeluarkannya tidak pernah dibantah oleh ulama-ulama lainnya dan bahkan itu menjadi sebuah fatwa yang disepakati.

Namun kini, sang ulama telah kembali menghadap pemiliknya Allah Swt. Innalillahi wa innailahi Rajiun.

Profil Abu Tumin

Abu Tumin merupakan pimpinan Dayah Al Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh, Jeumpa, Bireuen.

Mengutip Wikipedia, dayah ini berdiri pada tahun 1890 oleh Tgk H. Imam Hanafiah yang merupakan kakek Abu Tumin.

Abu Tumin adalah seorang ahli fiqh mazhab Syafii dan ahli thariqat Al-Haddadiyah.

Beliau juga sangat menguasai kitab Syarah Al-Hikam karangan Syeikh ‘Ataillah As-Sakandari.

Abu Tumin adalah salah satu murid Abuya Muda Waly dan Teungku Hasan Krueng Kalee.

Keluarga Abu Tu Min dikenal sebagai keluarga yang paham akan agama Islam.

Hal ini dibuktikan dari silsilah keluarganya dimana kakeknya yang bernama Abu Hanafiah adalah seorang pendiri sekaligus guru agama di desa Gampong Blang Dalam.
Ayahnya yang bernama Teungku Muhammad Mahmud atau lebih dikenal dengan Teungku Muda Leube adalah salah seorang guru di dayah yang dibangun oleh Abu Hanafiah.

Teungku Muhammad Mahmud sendiri semasa hidupnya pernah berguru kepada Teungku Hasan Krueng Kalee yang merupakan salah satu ulama besar pada masa itu.

Pengaruh Abu Tumin di Masyarakat

Abu Tumin dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1932 di Gampong Kuala Jeumpa, Kecamatan Jeumpa, Bireuen.

Ketika kecil dia lebih banyak mendapatkan pendidikan keagamaan daripada pendidikan umum.

Pendidikan umumnya didapatkan dari Inlandsche Volkschool (sekolah dasar rakyat) hingga kelas tiga karena masuknya Jepang ke Aceh.

Pendidikan agamanya didapatkan dari dayah yang didirikan oleh kakeknya, selain itu ia juga belajar di Dayah Pulo Reudeup, Kecamatan Jangka, Bireuen serta Dayah Darussalam, Labuhan Haji, Aceh Selatan.

Setelah menempuh pendidikan selama tujuh tahun maka pada tahun 1959, Abu Tumin kembali ke kampung halamannya dan mengajar di dayah yang didirikan oleh kakeknya.

BUkan hanya sebagai pengajar agama, Abu Tumin juga merupakan salah satu ulama yang paling berpengaruh di Aceh.

Ia sering kali dimintai pendapat oleh pemerintah Aceh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan pemerintah dan agama.

Setiap pendapat yang dikeluarkannya tidak pernah dibantah oleh ulama-ulama lainnya dan bahkan itu menjadi sebuah fatwa yang disepakati.
Selain aktif di dayah yang didirikan oleh kakeknya, Abu Tu Min juga aktif di Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh pada Majelis Syuyukh atau Dewan Penasehat bersama dengan beberapa ulama lainnya.

Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro Daerah Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Aceh 2002-2012,

Dewan Ifta’ Daerah PERTI Aceh 2012-2017, Majelis Syura Pengurus Besar Dayah Inshafuddin Aceh,

Dewan Penasehat Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dan Majelis Tuha Peut Lembaga Wali Nanggroe (LWN) 2016-2026.

Pendapat Abu Tumin juga dijadikan sebagai rujukan untuk menyelesaikan konflik sosial.

Abu Tumin sering dimintai pendapat oleh pihak-pihak yang bertikai ketika konflik Aceh berlangsung hingga setelah Aceh Damai.