BIREUENSATU.ID – Para mahasiswa diharapkan berperan dan turut andil dalam setiap tahapan pemilu yang sudah dikeluarkan KPU RI, maupun Bawaslu dan ikut menyukseskan Pemilu 2024 mendatang.
Harapan tersebut disampaikan anggota Panwaslih Bireuen, Desi Safnita M Kom dalam pertemuan workshop dengan puluhan mahasiswa dan berbagai elemen di aula Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Bireuen, Rabu (26/10/2022).
Pertemuan membahas peran mahasiswa dan kelompok lainnya dilaksanakan Koalisi Muda Demokrasi Resiliensi (DemRes), Sekolah Anti Korupsi (SAK) dan Jurnalis Warga (WA) yang merupakan komunitas sipil yang terdiri dari anak muda program Demokrasi Resiliensi di Bireuen.
Pertemuan menghadirkan sejumlah pemateri mulai dari Desi Safnita dari Panwaslih, Afrizal SE perwakilan Jurnalis Warga dan Mawardi SPd unsur Generasi Demres Bireuen.
Desi Safnita mengatakan, penyelenggara pemilu terdiri dari Komisi Pemilihan Umum, Bawaslu dan Dewan Kehormatan penyelenggara pemilu.
Disebutkan, untuk menyukseskan Pemilu 2024 mendatang tentu melibatkan masyarakat juga mahasiswa sebagai tonggak kemajuan demokrasi di kemudian hari.
Mahasiswa juga harus turut andil dalam setiap tahapan pemilu yang sudah dikeluarkan KPU maupun Bawaslu demi menyukseskan pemilu yang bersih, serta melapor apabila mendapati kecurangan dalam proses penyelenggaraan pada kepada Bawaslu atau bisa langsung melalui aplikasi sigap lapor.
Sementara Afrizal dari Jurnalis Warga menguraikan upaya mencegah berita hoax menjelang pemilu. Menurutnya, hoax kini sudah menjadi bagian dari politik dan tidak bisa dipisahkan. Tren yang relatif yaitu menggunakan hoax secara sengaja untuk memprovokasi mayoritas.
Ia muncul seiring peristiwa tertentu seperti pilkada, pilpres, pandemi, bencana dan kondisi lainnya dengan berbagai isu hangat yang sedang menjadi perbincangan.
Menurutnya, tujuan hoax politik untuk memperoleh pendukung serta motif ekonomi, produsen hoax ingin menciptakan kondisi politik tertentu sekaligus mengambil keuntungan dari situasi itu.
Data diperolehnya, konten yang paling banyak mengandung hoax 69,3 persen isu politik, 39,7 persen isu kesehatan, 29,2 persen isu agama serta 21, 3 persen isu lingkungan.
“Dampak buruk dari merajalelanya berita hoax yaitu membuat orang salah dalam mengambil keputusan dan mampu mencederai demokrasi,” ujarnya.
Sebagai mahasiswa tambahnya, mahasiswa diharapkan mampu memilah atau menyaring informasi yang didapat agar mencegah untuk menyebarkan informasi yang belum akurat, ataupun tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Terakhir Mawardi, membahas budaya pikir kritis di kalangan mahasiswa. Mahasiswa sebagai agent of change diharapkan mampu mengontrol berbagai kebijakan pemerintah.
Mengontrol dapat dilakukan dengan cara berpikir kritis terhadap suatu problem dengan mencari tahu akar permasalahan dengan menganalisis problem tersebut yang kemudian memberikan argurmen dari hasil analisis serta menemukan solusi yang bijak dari problem tersebut,” paparnya.
Leave a Reply